Tuesday, March 22, 2005

Selamat Jalan Teman

Teman…
Yah hari ini divisi di kantor saya berduka , salah satu teman meninggal dunia jam 11.00 pagi ini. Seorang teman yang selalu memberi contoh agar jangan pernah berhenti belajar. Insan yang tabah menghadapi penyakitnya dan tidaklah pernah sekalipun terdengar keluhan keluar dari mulutnya sekalipun menahan sakit. Di usia ke 35-nya saya rasa beliau sudah matang dalam menghadapi hidup, bahkan menghadapi saya yang penuh dengan “ledakan” pun selalu dengan kedewasaan. Niatnya sore ini saya akan berangkat untuk menjenguknya, tetapi Alloh punya rencana lain. Padahal kadang – kadang sikap keras kepala saya membuatnya geleng – geleng kepala, atau malah membuatnya sedikit kesal. Saat menatap jenazahnya, saya masih ingat saat lusa lalu kami masih saling berbicara tentang kerjaanya. Mungkin kata maaf saja yang belum terlontar dari saya, atau terima kasih telah membagi kematangan pola berpikirnya. Semoga dilapangkan jalan mu teman….


إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ، اَللَّهُمَّ أُجُرْنِيْ فِيْ مُصِيْبَتِيْ وَأَخْلِفْ لِيْ خَيْرًا مِنْهَا

"Sesungguhnya kami milik Allah dan kepadaNya kami akan kembali (di hari Kiamat). Ya Allah! Berilah pahala kepadaku dan gantilah untukku dengan yang lebih baik (dari musibahku)."(HR. Muslim 2/632.)

Sunday, March 06, 2005

Abu - Abu

Setiap manusia pasti mau perubahan di hidupnya. Dan pergulatan harus dijalani untuk mendapatkannya. Saya hanya punya harapan agar tetap berada di garis batas hitam putih hidup, Insya Alloh jangan sampai ke area abu – abunya. Saat kita beranjak dewasa sebenarnya kita sudah paham bahwa pada saatnya kita akan mengingkari kebenaran walau sedikit adanya. Saat kita mendengarkan pendapat orang lain pun kita sudah mengingkari kebenaran dengan tidak menghadapi kenyataan dengan sendirinya. Saya tidak mengamini sesorang yang dengan bangganya selalu menganggap dirinya benar, tetapi alangkah baiknya jikalau kita dengan serendah hati mungkin mencoba menghadapi apapun dengan sendirinya (Ahmad Dhani – Red). Area abu – abu ? lebih baik kita tidak selalu menetapkan hal ini sebagai sesuatu keadaan yang tidak jelas, bisa saja kita mengumpamakannya sebagai hal pengingat. Ingat bahwa kita tidak selalu benar, orang lain tidak selalu salah, atau bahkan kita dan orang lain memang perlu dibenahi agar selalu jadi putih. Keadaan kadang datang tidak sesuai yang kita inginkan dan wajar saja ego manusia kita akan menanggapinya kadang dengan perasaan saja. Sobat, kita hanya perlu mengkaji sejauh mana arah jalan kita sudah menuju yang putih. Itu sajalah dulu karena dari situlah kita bisa mengukur sejauh mana keberhasilan kita dalam hidup. Dalam usia ini sayapun merasa kalau saya masih jauh dari hal tersebut. Tetapi usaha akan terus digelar bukan ?? Karena dengan usaha lah yang membedakan nafas seseorang yang satu dengan yang lainnya.

Tuesday, March 01, 2005

Menginsafi Diri Sendiri

Satu topik yang populer belakangan ini tentu saja kenaikan BBM. Suka atau tidak tetap saja harganya naik, dan pastinya dampaknya di segala sektor. Tadi pagi ban saya bocor dan saya beriniat menambalnya, tetapi dikarenakan sudah robek akhirnya diputuskanlah ganti. Lalu saya berbincang dengan sang abang tambal tadi (yang biasanya di dominasi oleh orang dari sumatera utara, kali orang cirebon-red).Saya bertanya apakah ada dampak yang besar terhadap kehidupan sehari-harinya setelah BBM naik ? dan dia dengan senyum kecil sobat menjawab dengan sebuah pertanyaan yang kira-kira setelah saya terjemahkan seperti ini “Adakah gunanya merubah bila kita sendiri tak berubah ?”. Dan saya sempat terdiam dan malu, jadi apa gunanya bila suatu keadaan mau diubah bila sang pengubah tidaklah berubah. Lalu dengan rasa penasaran saya bertanya lagi kepada beliau apakah tidak khawatir dengan harga makanan ? toh hal ini yang harus dikonsumsi sehari – hari, lalu dengan santainya dia menjawab “Setengah porsi bagi saya cukup bila saya ingat keluarga di kampung”. Kontradikitif..karena sebelumnya saya sempat berbincang dengan seorang satpam di kantor yang untuk mengakali kenaikan harga harus mengurangi ongkos sekolah anaknya. Satu pelajaran hebat diberikan Alloh pukul 07.30 pagi tadi, sebuah teguran besar bagi saya. Pastinya saya tak akan membicarakan penghematan karena hal itu pastinya berbeda per masing-masing orang. Saya hanya akan menginsafi diri sendiri yang kadang tidak menempatkan hal yang sebenarnya mudah dicerna sehingga menjadi kompleks. Saya sudah memperhitungkan banyaknya pengeluaran yang perlu diatur tanpa saya memperhatikan kepentingannya. Saya dengan gampang memutuskan membeli sesuatu tanpa memikirkan untung ruginya. Jikalau standar tidak disesuaikan maka apakah kita akan tetap merasa di atas standar ?. Saya selalu berharap diri sendiri akan selau insaf,sadar, dan tidak menuntut banyak…semoga