Wednesday, October 28, 2009

Batasan LTE mendekati kenyataan komersial



Merupakan musim panas yang sibuk untuk komunitas LTE, dimana ihwal teknologi ini meraih beberapa tambahan diantara para pengadopsi awal di Eropa, Jepang dan Amerika, dan semua mata terpusat pada 2010 yang merupakan tahun komersial dari LTE.

Operator Amerika Verizon Wireless merupakan yang pertama mengeluarkan woro-woro di pertengahan agustus, dengan pengumuman bahwa mereka telah berhasil dalam data call pertama LTE di Boston dan Seattle menggunakan standar 3GPP release 8 di spectrum 700 Mhz. Data call menunjukan kemampuan streaming video, mengunduh dan mengunggah file, browsing web dan VoIP. Verizon, yang mengganti strategi 4G mereka ke LTE dari penggelaran layanan 3G yang berbasis 1x EV-DO, mempunyai cell site LTE yang sudah hidup dan berjalan di spectrum 700 Mhz baik di Boston maupun Seatle. Ini bertindak sebagai test bed untuk membantu Verizon memahami bagaimana cara terbaik mempersiapkan cell site serta bagaimana menambah teknologi ini di jaringan.

Hingga akhir ini, perusahaan dapat melakukan hal lebih buruk daripada berpindah dari vendor infrastruktur Nortel, dimana baru saja berkerja dengan manufaktur Korea dan seringkali berpartner dengan LG untuk mendemonstrasikan standar 3GPP yang mampu menyeseuaikan data handover antara network LTE dan CDMA. Demo ini yang berlokasi di Pusat R&D Nortel di Ottawa Kanada menunjukan bahwa kegiatan pengguna seperti mengunduh video, web surfing, dan panggilan VoIP dapat dikelola jika pengguna data mobile berpindah antara zona CDMA dan LTE.

Nortel dan LG menyatakan bahwa jaringan awal LTE akan menjadi co-exist dengan jaringan CDMA yang ada untuk beberapa waktu. Jika user migrasi ke jaringan 4G, sehingga handover inter-technology akan memampukan pengguna mobile untuk bergerak antara jaringan LTE dan CDMA tanpa kehilangan konektivitas data. Ini berarti bahwa operator dapat menjalankan jaringan secara bersamaan tanpa berdampak ke layanan.

Larry Murat, VP dari LTE R&D Nortel menyatakan “Meskipun jaringan CDMA akan tetap menjadi jaringan utama hingga beberapa tahun ke depan, LTE akan menjadi kunci dari bagian yang menjadi pecahan yang belum terselesaikan di jaringan awal tahun depan”.

Verizon menyatakan harapan mereka secara komersial tentang diluncurkan LTE ke 30 pasar di 2010. Menjangkau 100 juta orang, dengan fokus memenuhi jangkauan nasional di 2013. Visi ini berbagi dengan operator nomor 2 di Jepang KDDI, yang di bulan agustus meminta Motorola dan NEC untuk membangun jaringan LTE mereka, dengan perkiraan peluncuran layanan di akhir 2012.

Sangatlah fair untuk mengatakan bahwa genderang perang Mobile Broadband di 2008 diawali dengan system 3GPP seperti HSPA dan LTE sebagai pemenang yang jelas, dan sistem 3GPP2 seperti EV-DO dan Ultra Mobile Broadband jelas sebagai yang kalah. Mike Roberts, analis terkemuka dari Informa Telecoms & Media, dan pengarang dari “The Future Mobile Broadband: 3rd Edition report”, menekankan bahwa keputusan Verizon untuk mengembangkan LTE secara efektif akan membunuh UMB dan menjadikan LTE secara de facto evolusi dari sistem EVDO.

Kasus terkait operator amerika MetroPC dengan komitmen terbaru mereka untuk menggelar LTE di 2010. Verizon mungkin telah berpikir untuk akhirnya mempeti-eskan CDMA, nampaknya masih banyak juga yang akan mengikuti. Operator terbesar kelima di amerika serikat berencana untuk bermigrasi ke LTE untuk strategi 4G mereka, dengan maksud untuk meluncurkan layanan di pertengahan kedua 2010.

Tetapi dengan penguatan posisi dari LTE sebagai salah satu sistem generasi berikutnya dari mobile broadband, WiMAX juga tetap berdiri sekalipun hanya dengan fokus terbatas untuk membawa broadband ke permukaan pasar.

KDDI adalah salah satu carrier EVDO yang beralih ke LTE, tetapi mereka juga membatasi pertaruhan pada 4G sebagai investor utama di lisensi Mobile WiMAX jepang yaitu UQ Communication. UQ secara agresif menjadwalkan penggelaran WiMAX. UQ telah menetapkan target lebih dari 90 persen populasi jangkauan secara nasional hingga akhir tahun fiskal 2012 (31 Maret 2013). Pada masa itu , perusahaan mengatakan akan mempunyai 1.61 kota yang tercover lewat 38.ooo basestation, termasuk 19.000 indoor base station atau femtocell.

KKDI mengembangkan jaringan LTE di band 1.5GHz dan 800 MHZ. Perusahaan bermaksud untuk menawarkan layanan komersial LTE pada Desember 2012 mengikuti serangkaian percobaan yang dijadwalkan untuk dimulai pertengahan 2010. KDDI menyatakan rencananya untuk mempunyai layanan nasional telepon mobile broadband dengan coverage 96.5 persen dari jepang di akhir 2014.

Sementara di Eropa, Pemilik Deutcsce Telekom T-Mobile telah membeberkan rahasia bahwa mereka mengklaim akan menjadi multi-user pertama di dunia “dengan mobilitas” di kota Austria, Innsbruck. Carrier German ini bekerjasama dengan vendor China Huawei untuk membangun jaringan. Austria merupakan pemimpin utama dari pemakaian data mobile di Eropa, dengan pemimpin pasar Mobilkom Austria menghasilkan satu pertiga dari layanan mobile broadband.

T-Mobile mengklaim pengembangan tersebut, menggunakan carrier jaringan 3G sebagai dasar infrastuktur, pengetesan jaringan terbesar di Eropa. Dengan jenjang 60 cell dan sudah dimulai dari bulan Juli. Perusahaan menyatakan bahwa jaringan pengetesan dirancangan untuk mengumpulkan feedback dari pengguna dan juga pengetesan kinerja dan kekuatan dari teknologi, meskipun tidak disebutkan beberapa banyak pengguna yang berpartisipasi di dalam tes.

Peneliti Informa Robert memperingatkan efek dari downturn secara global, dimana telah mendorong HSPA+ tetapi memperlambat LTE dengan secara virtual semua operator mobile utama bersikap vocal akan dukungan terhadap LTE tetapi secara diam – diam pula mengakui downturn dan factor – factor lain yang menunda jadwal penggelaran LTE hingga beberapa tahun ke depan. “Operator WCDMA/HSPA sekarang terfokus pada upgrade HSPA+ yang akan memberikan kemajuan penting di kapasitas dan kecepatan data yang berbiaya lebih rendah daripada LTE,” imbuh Robert.

Bila melihat trend pengembangan 3G CDMA di Indonesia, menilik beberapa operator seperti Mobile-8 atau Smart yang mengembangkan EVDO sepertinya mereka akan tetap bertahap menggunakan teknologi ini sampai daya juang untuk menciptakan produk layanan dari teknologi ini. Niat untuk mengembangkan layanan CDMA baik ke UMB atau LTE sepertinya dikesampingkan hingga beberapa tahun ke depan.

Sementara salah satu operator yang mulai menerapkan teknologi LTE dari sisis GSM adalah telkomsel. Ada beberapa alasan mengapa operator terbesar di Indonesia ini memilih LTE dibandingkan pesaingnya WiMax. Implementasi Wimax membutuhkan perubahan besar-besaran pada infrastruktur operator GSM. Disamping itu, perfoma WiMaX ternyata “menipu”. Dalam trialnya performa Wimax memang mencapai 50 Mbps namun dalam prakteknya akan berubah drastis hingga 9 Mbps saja. Dari investasi, LTE akan tiga kali lebih murah dari pada WiMax. Hal ini disampaikan oleh Joseph Garo, Vice President Technology and Business Incubations Telkomsel. LTE ini ditargetkan akan mulai diterapkan pada 2010 nanti.

Semua sudah bersiap, sekarang semua jatuh ke kebijakan pemerintah dan juga kucuran dana Operator.

Wallahu Alam Bishowab.

Disarikan dari tulisan james.middleton@informa.com

Wednesday, July 22, 2009

Proj : Strategi Rumah Sakit

Blog ... lama sudah tak bersua dan masih gini-gini aja tampilan dikau, kucoba update dulu dengan tulisan yah bos baru nanti dengan tampilan.

Cav lage tenggelam bersama Ginter. et al yang berasyik masyuk membahas soal strategi rumah sakit. Nanti pasti kutulis disini deh bos kalau dah jadi, sekarang masih berkutat di cara terbaik meningkatkan kualitas rumah sakitnya (rumah sakitnya anonim aja yah. Pokoknya hasilnya nanti aja yah, jam segene dan masih di cyber meninggalkan Mr.Wise yang pasti lage asik terlelap sama bundanya. Kebiasaan lama yang bawaannya ngga bisa tidur kalo belum selesai masalahnya. But, salah satu alasan nulis lagi karena memang ini salah satu cara mengupdate budaya menulis Cav yang makin lama makin caur (meminjam bahasanya Hilman dan Boim le bon).

Sekian lah, ngga perlu banyak kata sekedar membunuh ngantuk dan menunggu subuh

Tuesday, March 03, 2009

Femtocells

Kemungkinan dari femtocells menjadi pembicaraan utama dari industri komunikasi mobile. Secara mengejutkan apa yang dimulai secara sederhana untuk meningkatkan coverage dari di rumah telah menjadi model ekonomis untuk operator menggelar jaringan mobile broadband.

Femtocells adalah salah satu topik terhangat di telekomunikasi. Tetapi benarkah kenyataannya sesuai dengan yang digembor – gemborkan ? Sebelum ke pertanyaan ini kita akan mencoba menjawab pertanyaan mudah : apa yang sebenarnya Femtocells lakukan ? Femtocells menyediakan coverage selular dalam rumah, menggunakan hubungan broadband pelanggan untuk backhaul dan berwujud kotak seukuran router wifi. Operator kemudian mendapat coverage selular yang maksimal dan kelebihan penggunaan mobile di rumah. Ini secara dramatis akan mengurangi biaya operasional karena backhaul dan power disediakan oleh pelanggan. Ini juga akan memampukan penciptaan layanan yang menghasilkan revenue baru. Sementara itu pelanggan, akan mendapat keuntungan dari coverage selular dan mobile broadband yang lebih cepat di rumah. Layanan suara yang lebih kompetitif dan tarif data dan beragam layanan baru.
Premis atau pernyataan mendasar utama dibalik femtocells adalah untuk meningkatkan coverage mobile di rumah. Selama beberapa tahun picocells dan DAS (Distributed Antenna System) telah meningkatkan coverage di pusat perbelanjaan, bandara, dan bisnis besar. Teknologi tertentu bagaimanapun terlalu mahal diterapkan pada lingkungan domestic; tidaklah mudah terus menerus mengirim engineer ke jutaan rumah untuk melaksanakan test dan menginstall perangkat. Di beberapa kasus teknologi sebagai aturan belumlah dibutuhkan sebagai mayoritas luas dari orang di pasar dunia barat yang tinggal di area dimana coverage 2G Mobile terlihat baik.
Pengenalan dari 3G merubah hal ini. Pertama ini mengalami isu mengenai gedung tinggi dibandingkan 2G. Alasan sederhana untuk ini adalah pemindahan dari 2G ke 3G juga melibatkan lompatan di pemindahan spektrum radiol; sinyal frekuensi yang lebih tinggi menjadi lemah pada jarak yang pendek dan tidak akan menembus dinding dengan baik. Banyak pelanggan oleh karena itu menerima sinyal 3G yang terbatas di rumah, hal yang mendukung voice tetapi tidak dalam hal data bandwith tinggi yang 3G sediakan.
Teka – teki yang dihadapi operator 3G sangatlah jelas; mereka berinvestasi besar di lisensi frekuensi dan jaringan untuk mendukung penguasaan data, sampai sekarang jaringan menyediakan kinerja buruk dari indoor dimana mungkin 90 persen atau lebih dimana penggunaan data gunakan.
Ini bukan hanya isu 3G, secara kebetulan: ini hanya menjadi jelas di permulaan. Kebanyakan teknologi mobile broadband memperluas di frekuensi band yang lebih luas yang tersedia di akhir yang tinggi dari spectrum – femtocells dari WiMAX. Sebagai tambahan, beberapa pasar yang masih mengalami coverage 2G mobile yang buruk mencoba mengubah dengan menerapkan 2G femtocells.
Dasar yang penting untuk femtocelss oleh karena itu adalah meningkatkan coverage. Bagaimanapun untuk memecahkan masalah ini pionir dari femtocells juga telah memecahkan masalah lain: dimana untuk menemukan kapasitas untuk coverage tersebut. Femtocells perlu untuk mengalirkan trafik selular dari rumah kembali ke core mobile dan hanya ada satu cara yang dapat dilakukan : pelanggan memperbaiki koneksi broadband. Ini adalah penjualan penting untuk operator mobile.
Kemampuan dari FMC untuk operator menghilangkan jaringan mobile yang mahal dan mengubahnya menjadi jaringan fixed broadband yang dibayar oleh pelanggan. Penghematan biaya adalah hal yang kecil : riset dari ABI melaporkan penemuan bahwa femtocells dapat menyebabkan penghematan akibat backhaul dan biaya energi hingga lebih dari US$70 milyar dolar hingga 2012. Terkait ini sangatlah penting menghargai bahwa sementara jaringan mobile yang ada sekarang secara trafik suara dan SMS secara luas, trafik data broadband tumbuh secara cepat dan akan mendominasi.
Apa yang dimulai sebagai usaha mudah untuk meningkatkan coverage mobile di rumah berubah menjadi model ekonomis bagi operator untuk menggelar jaringan mobile broadband. Dibandingkan mencurahkan investasi di jaringan outdoor untuk menyediakan kapasitas ekstra di backhaul dan femtocells over the air menyediakan alternatif nyata. Juga dengan memecahkan isu penembusan dari dalam keluar, ujung atas dari spectrum, yang menyediakan potensial bandwith yang banyak, tidak menjadi masalah bagi operator mobile.
Tidaklah mengejutkan bahwa femtocells menjadi salah satu hal yang digembor – gemborkan di area industri mobile. Di 2007 Arun Sarin dari Vodafone adalah satu dari banyak komunitas operator yang mengakui potensialitasnya. Google telah berinvestasi dan Sprint-Nextel di Amerika Serikat mengagumkan yang lainnya dan berlomba serta meluncurkan layanan komersial. Bagaimanapun sebagaimana industri mobile telah lihat sebelumnya, segala sesuatunya tidaklah berjalan semulus itu. Lalu apa yang diidentifikasikan sebagai perangkap oleh sebagian pihak ?
Pertama masalah biaya. Salah satu hal yang menjadi perhatian adalah berapa biaya yang dibutuhkan dalam dalam pemesanan femtocells untuk menjadi pilihan yang menarik untuk operator dan apakah baik operator maupun pelanggan mau membayarnya. Satu jawaban untuk hal ini adalah, tidak seperti infrastruktur selular biasa, femtocells mengadopsi sebuah model pelanggan elektronik untuk pengembangan dan produksi. Sebagai hasilnya ini mereka akan mendapat keuntungan ekonomi yang signifikan untuk skala di perakitan dan biaya akan berkurang dari sisi jumlah.. Dalam kuantitas, tidak ada alas an kenapa femtocell menjadi lebih mahal dibanding akses point wifi ke pelanggan. Dalam tiap kasus, model bisnis femtocell juga dalam jumlah besar mengurangi biaya operasional jangka panjang untuk carrier, sehinggan kasus bisnis bukanlah hal yang sensitif di awal biaya femtocell.
Secara mendasar, bagaimanapun, bagaimana perangkat femtocell dibayar tergantung operator. Kebanyakan akan menerapkan model subsidi sebagaimana yang sudah berjalan di telepon mobile; yang lainnya akan menerapkan model yang secara penuh berbayar. Survei menyarankan bahwa kebanyakan pelanggan bersedia membayar untuk coverage istimewa di rumah mereka dan penghematan yang besar untuk tagihan telepon sebagai layanan baru, terutama bilamana ini tersedia di semua handset, dibanding model special yang lebih sedikit. Sebagai tambahan tren dalam bundling “quad-play” yang menyatukan layanan mobile dengan broadband, voice dan layanan rumahan lainnya membuat kesempatan untuk pelanggan memperoleh tagihan tunggal dan kontak poin tunggal untuk semua layanan. Sejajar dengan model ini biaya perangkat femtocell akan jatuh jika diintegrasikan dengan gateway rumah; sudah ada pengumuman dari Netgear and Thompson terkait hal ini.
Setelah biaya, lalu mengenai legalitas ? Secara spesifik, bagaimana jika pelanggan perusahaan menentukan untuk membawa femtocell selama liburan untuk menikmati potongan data dan voice kemanapun mereka pergi ? Hal ini sudah menikmati tekanan jangkauan. Operator, bagaimanapun, terkait spectrum (milik mereka atau operator lain) sebagai aset vital bagi bisnis mereka dan telah mespesifikasikan bahwa femtocell harus dirancang sehingga hal ini tidaklah terjadi.
Femtocells merupakan perangkat cerdas, berbeda dengan “booster” illegal yang bisa diinstal tanpa ijin operator. Femtocell mengetahui lokasi dengan beberapa sarana tehnik, seperti dengan “merasakan” cell cell jaringan sekitarnya dang dengan menggunakan data terkait perangkat keras dan alamat IP dari DSL atau jaringan kabel yang saling berhubungan untuk menyediakan detail lokasi kembali ke operator. Untuk memahami cara kerjanya, anggap telepon selular tidak akan menimbulkan masalah interferensi bilamana dikeluarkan dari pasar lisensi operator; mereka akan dicegah jaringan untuk mentransmisikan pada area yang tidak berijin.
Dan berbicara mengenai hal yang menakutkan, bagaimana mengenai kesehatan ? secara fakta, bilamana analogi dari femtocell sebagai base station selular domestik bersifat instrunktif, juga terbuka menjadi hal yang bisa disalahartikan. Sementara femtocell melakukan fungsi dasar yang sama sebagaimana base station mobile, menggunakan power 10000 lebih kecil bahkan dari sebuah router wifi. Telepon mobile saat terhubung dengan femtocell juga akan mengeluarkan power lebih sedikit dibandingkan lingkungan biasa, yang juga berarti menghemat baterai. Kunci tantangan untuk industri adalah menyebarkan pesan mengenai hal ini.
Tantangan berikutnya hadir dari isu terkait standar dan interapobilitas. Pengembangan femtocell membutuhkan tidak hanya perangkatdi rumah, tetapi juga perangkat di core mobile yang terpadu secara kapasitas dari jutaan femtocell ke jaringan. Sayangnya jaringan mobile dirancang untuk mendukung ratusan dari base station bukan jutaan, ada perangkat tambahan yang dibutuhkan. Isu baru yang timbul adalah operator perlu untuk mengakomodasi produk dari vendor yang berbeda dalam jaringan mereka. Kebutuhan ini harus dilakukan dengan secara minimal merubah jaringan dan pendekatan harus dilakukan selama itu mungkin.
Untungnya, tidak hanya ada jumlah solusi jaringan yang ada dan terstandarisasi yang dapat mengakomodir femtocell, tetapi beberapa vendor juga saling bekerjasama di industri terkait forum femto untuk memastikan solusi yang kompatibel interoperable baik di tingkatan ini maupun lainnya. Sehingga pelanggan tidak terkena dampak dan handset mereka bisa berjalan di banyak femtocell.
Jika isu yang lain tidaklah fatal, mungkinkah frekuensi yang lebih rendah menjadi kematian bagi femtocell ? Tidak hanya amerika serikat yang meluncurkan kembali secara komersial dari band frekuensi 700Mhz untuk teknologi mobile broadband. Terjadi di banyak pasar secara global. Jika masalah coverage dalam ruangan ditingkatkan pada frekuensi rendah, kemudian seseorang akan bertanya akankah femtocell redundant ?
Kenyataan dari situasi kebanyakan bersifat berlawanan. Frekuensi rendah mungkin baik bagi operator mobile sebagaimana untuk pengurangan jumlah base station selagi meningkatkan coverage, dan ada oleh karena itu penghalang kapasitas. Femtocells memudahkan isu ini, sehingga penggelaran makro masal tergabung dengan femtocell pada frekuensi yang lebih tinggi bekerja sempurna. Begitu juga, tidak ada alasan kenapa femtocells tidak dapat digunakan di band frekuensi yang lebih rendah yang tersedia.
Akhirnya, alternatifnya. Tentu saja ada pendekatan lainnya untuk FMC di luar jarak femtocell. Layanan dual-mode tersedia di beberapa handset baru untuk hand off call di rumah; ini kemudian dibackhaul lewat DSL ke core dari Mobile. Isu penting adalah bahwa layanan ini memaksakan pengguna untuk memilih dari sedikit pilihan handset yang cocok yang biasanya baterenya tidak bertahan lama, dibanding dimana lebih dari sepertiga populasi dunia mempunyai telepon yang bisa digunakan untuk femtocell.
Lalu apa berikutnya ? vendor femtocell sekarang ini sedang sibuk membangun lingkungan layanan ke perangkat yang memampukan operator dan pengembang pihak ketiga untuk menciptakan layanan yang lebih murah dari segi keuntungan, jangkauan bandwith yang tinggi di rumah dan kemampuan handset untuk menjadi bagian dari jaringan rumah.
Femtocell mewakili kesempatan yang luas dari industri mobile dan menyediakan layanan ke pelanggan dimana permintaan yang tidak terungkap sudah ada. Konsep dari perpindahan operator jaringan radio ke pelanggan rumahan merubah pemikiran akan selular tradisional di kepala mereka. Hingga kini pernyataan yang menekan semua keuntungan untuk pelanggan dan operator bahwa permintaan tersebut tidaklah dapat ditolak. Mungkin ada tantangan di depan, tetapi tidak ada dari satupun itu dapat diatasi.
Disarikan dari Majalah Mobile Communication International oleh Simon Saunders.

Tuesday, February 24, 2009

Manajemen Risiko (TI)

1. Pengertian Risiko


Menurut National Institute of Standards and Technology (2002:1), Risk is the net negative impact of the exercise of a vulnerability, considering both the probability and the impact of occurence. Risiko adalah dampak negatif dari adanya kerentanan, berdasar pertimbangan baik probabilitas maupun dampak kejadian.



Analisa keamanan risiko dan manajemen risiko perlu diperhitungkan sebagai elemen terpadu dari rencana bisnis organisasi Thomas (dalam Abdullah, 2006:30). Tingkat keamanan di tiap organisasi harus proporsional terhadap risiko. Manajemen risiko adalah proses dari mengidentifikasi risiko, menilai risiko dan mengambil langkah untuk mengurangi risiko hingga ke level yang bisa diterima.



Definisi perbandingan risiko berdasarkan atas perbedaan budaya, bisnis dan lingkungan (Wei, Frinke, Cartert & Ritter, 2001:1). Terkait dengan dunia keamanan informasi, risiko digambarkan sebagai probabilitas yang perantara ancaman (sebabkan) akan mengkesploitasi kelemahan sistem untuk menciptakan kehilangan dari confidentiality, integrity dan availability dari asset ( Carrol, 1996:459)



Konsep berikut yang didapat dari definisi dari risiko membutuhkan penjelasan lebih lanjut. Ancaman dapat didefinisikan sebagai tiap orang atau benda yang membahayakan untuk asset (Whitman & Mattord, 2004:43) . Vulnarebility adalah kelemahan, kekurangan, lubang atau apapun yang mungkin dieksploitasi oleh ancaman yang kemudian akan menghasilkan kerusakan (Broder, 1984:4;Stephenson, 2004:17). Availability adalah persyaratan yang membuat pengguna yang terautorisasi melanjutkan akses ke informasi dan sumber daya sistem (Bace,2000:29). Confidentiality dari informasi adalah jaminan informasi bersifat dapat diakses oleh orang yang terautosiasi untuk melihatnya (Mash,2002:11). Integrity adalah jaminan pesan tidak mengalami perubahan apapun selama dalam pemancaran, baik secara bebas atau karena kesalahan pemancaran (Stanley, 2002:58). Asset adalah sesuatu yang bisa diukur atau tidak bisa diuksur dan bernilai bagi organisasi (Nosworthy, 2000:599; Josang, Bradley (Knapskog, 2004:63).









2. Pentingnya Pengelolaan Risiko





Memahami dan mengelola risiko keamanan TI adalah sesuatu yang penting untuk melindungi sumber daya organisasi (Gilliam, 2004:296). Mengelola risiko menjadi sangat penting dan menjadi pusat dari peraturan tertentu bahkan peraturan pemerintahan (Deloitte & Touche, 2003:8) dibuat untuk menyelenggarakan mekanisme untuk mengelola risiko.



3. Pengertian Manajemen Risiko



Manajemen risiko TI dianggap sebagai peringkat 10 teratas dari prioritas kekal untuk bisnis dan teknologi CIOs (Hunter & Aron,2005:2). Istilah manajemen risiko terdiri atas beberapa definisi sebagai berikut :



Manajemen risiko (Noshworthy, 2000:600), adalah identifikasi dari ancaman dan implementasi dari pengukuran yang ditujukan pada mengurangi kejadian ancaman tersebut dan menimalisasi setiap kerusakan”. ”Analisa risiko dan pengontrolan risiko membentuk dasar manajemen risiko dimana pengontrolan risiko adalah aplikasi dari pengelolaan yang cocok untuk memperoleh keseimbangan antara keamanan, penggunaan dan biaya



implementation of measures aimed at reducing the likelihood of those threats occurring and minimising any damage if they do; Risk analysis and risk control form the basis of risk management where risk control is the application of suitable controls to gain a balance between security, usability and cost.



Menurut NIST (Stoneburner et al.,2001:E-2), manajemen risiko adalah proses dari ”mengidentifikasi, mengontrol dan meringankan sistem informasi terkait risiko” dan melingkupi pengkajian risiko, analisa manfaat biaya, dan pemilihan, implementasi, pengetesan dan evaluasi keamanan dari usaha perlindungan”. Kajian sistem ini harus memperhatikan ” efektifitas dan efisiensi keduanya, baik dampak pada misi dan batasan terkait dengan kebijakan, peraturan dan hukum.”

controlling and mitigating information sysytem related risks; encompasses risk assesment; cost-benefit analysis; implementation, test and security evalution of safeguards



Manajemen risiko memerlukan alokasi sumber daya terbatas untuk ”meringankan risiko, memindahkan risiko atau memulihkan dari kejadian risiko” (Lewis&Davis, 2004:183).

mitigate risks, transfer risks or recover from risk events.

”manajemen risiko harus menjadi aktifitas yang terus menerus yang termasuk fase untuk mengkaji risiko, mengimplementasikan kesadaran promosi kelola dan mengawasi efektifitas”(Paul,2000:122)

ongoing activity; assesing risk; implementing controls; promoting awareness; monitoring effectiveness



Berdasarkan beberapa definisi , paduan definisi dari manajemen risiko diformulasikan sebagai berikut:

Analisa risiko adalah suatu aktifitas untuk mendukung manajemen risiko, dimana manajemen risiko adalah proses terus menerus dari perencanaan, implementasi, promosi kesadaran dan pengawasan dari pengukuran keamanan yang berjalan untuk meringankan, memindahkan, menghilangkan atau mengontrol risiko hingga ke tingkat yang bisa diterima.







4. Tujuan Manajemen Risiko



Beberapa tujuan/sasaran dari proses manajemen risiko adalah sebagai berikut :

Tujuan manajemen risiko adalah mengurangi pembukaan bisnis dengan menyeimbangkan tindakan balasan investasi terhadap risiko (Birch & McEvoy,1992:45) .

reduce business exposure by balancing countermeasures investment against risk.



Tujuan manajemen risiko adalah meminimalisir harapan dari kerugian (Suh & Han, 2003:150)

to minimise the expected loss



Tujuan akhir manajemen risiko adalah ”memilih pengukuran peringanan risiko, pemindahan risiko dan pemulihan risiko untuk mengoptimalkan kinerja organisasi” (Jacobson,2002:1)

select risk mitigation, risk transfer and risk recovery measures so as to optimise the performance of an organisation.



Berdasarkan pemaparan diatas, tujuan manajemen risiko adalah :

Tujuan dari manajemen risiko adalah implementasi dari pengukuran atas peringanan risiko, pemindahan risiko dan pemulihan risiko untuk mengurangi pengungkapan bisnis dengan menyeimbangkan tindakan balasan investasi melawan risiko.


5. Dimensi Manajemen Risiko


Manajemen risiko (NIST, 2002:4) mencakup tiga proses : (1) penilaian risiko, (2) pengalihan risiko dan (3) evalusi serta penilaian. Proses penilaian risiko mencakup identifikasi dan evaluasi dari risiko dan dampak risiko, dan rekomendasi dari pengukuran pengurangan risiko. Proses pengalihan risiko mengacu pada pengukuran pengurangan risiko yang sesuai rekomendasi dari proses penilaian risiko. Proses evaluasi yang bersifat terus menerus adalah kunci dari implementasi sebuah program manajemen risiko yang berhasil.