Sunday, January 23, 2005

Sahabat, Adakah prioritasnya ?

Sahabat, Adakah prioritasnya ?



Pertanyaan sejenak saja muncul saat seorang teman sekolah menengah menelpon saya belum lama ini. Kami berenam (termasuk teman yang menelpon saya-red) memang berteman semenjak masuk sekolah menengah, selain dikarenakan rumah yang tidak begitu jauh satu sama lain mungkin Alloh memang menakdirkannya seperti ini. Kalau dari segi chemistry atau istilahnya sekarang ”nyambung” sepertinya sih jauh sekali. Sifat kami satu sama lain sangat bertolak belakang, lempar argumen dan selalu sok tau..ya begitulah dengan sok idealisnya kami menghadapi hidup saat sekolah. Tetapi saat lulus dan saat menanti ”panggilan” adalah saat kami saling bergantung, saling lebih menguatkan, dan hal ini makin terlihat jelas saat dua dari dua personel ini ”diterima”, mereka tetap megingatkan yang lain kalau jalan masih panjang, dan buktinya benar tidak lama setelah itu saya dan seorang teman lain pun mulai belajar mengisi hidup dengan keringat kami. Saat dua orang teman kami memutuskan kuliah pun kami tetap mendukung mereka, karena saya selalu ingat bagaimana kami mencoba menghindari beban moral dengan menghabiskan setiap hari dengan kegiatan spontan dari pagi hingga menjelang maghrib. Tetapi sekarang, Masya Alloh sulit sekali bagi kami untuk berkumpul. Jikalau bisa pun tidak lengkap pasti ada saja dari kami yang tidak bisa datang. Saya tetap berharap jikalau ada kesusahan satu sama lain masih bisa saling membantu, karena informasi tentang satu sama lain pun sulit didapat. Hei, kok saya jadi tidak sadar kalau saya sendiri pun kadang – kadang melupakan pertemanan ini. Pekerjaan, studi, dan kesibukan tetek bengek lainnya selalu jadi alasan jitu. Dan saat saya merindukan kenangan bersama mereka, dan mencoba untuk kumpul bersama, kembali lagi hal – hal diatas tadi jadi alasan mereka. Yah, semoga saja kebersaman dalam hati kami tidak pernah pudar, karena setahu saya saat terakhir berlebaran ke rumah salah satu personel ini dia mengucap tentang hal yang sama. Yah itulah sobat tentang pertemanan saya, jikalau teman masa lalu anda telah memberi warna dalam perjalanan hidup anda, yakinlah bahwa dia layak ditulis dalam halaman depan autobiografi anda. Saya pun mencoba meminta.....



Allahumma Innii A’uudzubika minal ‘Ajzi walkasal wal-Jubni wal-haromi walbukhli. Wa A’uudzubika min ‘Adzaabil-qabri wa min fitnatil-mahyaa wal-mamaat


(Ya Allah, aku berlindung pada-Mu, dari kelemahan, kemalasan, sifat pengecut, kerentaan dan kekikiran dan aku berlindung pada-Mu dari siksa kubur dan dari fitnah ketika hidup dan mati)(HR. Bukhari 7/59 dan Muslim 4/2079)

2 comments:

Linda said...

Gak dipungkiri bahwa diri kita yang saat ini terbentuk dengan adanya teman&sup2 & sahabat&sup2 kita :)

semoga "kebersamaan & inspirasi" yang sudah terjalin selama ini dapat tetap terbina dengan baik sampai kapanpun

Dahniar said...

Insyaallah perjalanan hidup memang masih panjang pak...
dan disepanjang perjalanan itu kita akan dihadapkan dengan berbagai macam persoalan yang kita harus kerjakan berdasarkan prioritasnya.

Pekerjaan memang bagaikan pisau bermata dua, disatu sisi kita memerlukannya untuk menafkahi hidup kita, namun disatu sisi juga akan merebut sebagian besar waktu kita...

Moga moga kita semua bisa melakukan segala aktifitas berdasarkan prioritas terbaiknya

**ssttt.. kalo bahasanya ketingian maap maap yak....*